Penyebutan krisis keuangan yang terjadi belakangan ini sebagai krisis kapitalisme Amerika terutama memiliki makna yang sangat penting dalam tiga hal sebagai berikut :
Pertama, dengan memberi sebutan seperti itu, saya berharap kita dapat dengan cepat menyadari bahwa Amerika dan perekonomian Amerika bukanlah segala-galanya. Sama seperti perekonomian negara-negara lain, perekonomian Amerika juga dapat mengalami krisis. Bahkan, sama seperti imperium-imperium kuno yang hilang ditelan sejarah, Amerika pun sesungguhnya tidak memiliki hak istimewa untuk terhindar dari nasib serupa.
Kedua, dengan menyebutnya sebagai krisis kapitalisme Amerika, saya juga berharap agar kita segera menyadari bahwa sistem perekonomian kapitalis bukanlah sistem perekonomian yang sempurna. Dengan mengatakan hal itu saya tidak hanya bermaksud untuk mengatakan bahwa mekanisme pasar tidak hanya tidak dapat mengatur dirinya sendiri. Lebih dari itu, kelemahan sistem perekonomian kapitalis ternyata tidak hanya terletak pada ketidakadilan dan kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya, tetapi juga pada sifat destruktifnya ketika ia terjerumus ke dalam krisis.
Ketiga, dengan menyebutnya sebagai krisis kapitalisme Amerika, saya berharap kita segera memperoleh inspirasi untuk memikirkan berbagai sistem perekonomian alternatif yang tidak hanya lebih tepat bagi negara kita masing-masing, tetapi secara global juga jauh lebih berkeadilan, lebih ramah lingkungan, dan lebih menjamin terjaganya kesinambungan peradaban umat manusia. Krisis kapitalisme Amerika harus menjadi sumber inspirasi bagi kita untuk meyakini bahwa dunia yang tidak kapitalis tidak hanya mungkin, tetapi juga jauh lebih baik daripada sebuah dunia yang berada di bawah hegemoni kapitalisme Amerika seperti saat ini.
Secara moneter, dampak langsung krisis kapitalisme Amerika terhadap perekponomian Indonesia dapat dicermati pada berlangsungnya gejolak kurs rupiah dan indeks harga saham di lantai bursa. Sebagaimana berlangsung dalam tiga bulan terakhir 2008, kurs rupiah yang sampai dengan pertengahan September 2008 cenderung bertahan pada kisaran Rp 9.000 per satu dollar AS, secara berangsur-angsur merosot melampau Rp11.000 per satu dollar AS. Bahkan, pada awal November 2008, kurs rupiah sempat merosot tajam melampau Rp13.000 per satu dollar AS. Angka ini adalah angka terburuk sejak kemerosotan tajam kurs rupiah yang pernah menembus Rp16.000 per satu dollar AS pada saat terjadinya krisis moneter pada tahun 1998 lalu.
Sementara itu, dampak langsung krisis kapitalisme Amerika terhadap sektor riil Indonesia tampak secara mencolok pada terjadinya kemerosotan tajam pada harga ekspor beberapa komoditas primer Indonesia. Harga minyak bumi, misalnya, yang pada Mei 2008 sempat menembus US $140 per barrel, belakangan merosot secara drastis menjadi sekitar US$35 per barrel. Sedangkan harga minyak sawit (Crude Palm Oil), yang hingga pertengahan Juli 2008 terus meningkat mencapai level tertinggi US$1.300 per ton, belakangan merosot cukup tajam menjadi hanya sekitar US$500 per ton. Gambaran yang lebih kurang serupa dapat disaksikan pada beberapa komoditas ekspor lainnya seperti kopi, karet, dan kakao.
Akumulasi dari dua sisi dampak langsung krisis kapitalisme Amerika itu antara lain bermuara pada terjadinya kemerosotan besar-besaran pada cadangan devisa serta meningkatnya rencana pemerintah untuk membuat utang luar negeri pada tahun anggaran 2009 yang akan datang. Hingga pertengahan September 2008, cadangan devisa Indonesia masih tercatat sebesar US$60 milyar. Ini adalah angka tertinggi yang pernah dicapai Indonesia. Tetapi belakangan, menyusul terjadinya gejolak rupiah dan merosotnya harga komoditas-komoditas ekspor Indonesia sebagaimana dipaparkan tadi, pada awal Nopember 2008 cadangan devisa Indonesia berkurang sebesar US$10 milyar menjadi sekitar US$50 milyar. Implikasinya, sebagai bagian dari upaya berjaga-jaga terhadap kemungkinan terburuk pada 2009 yang akan datang, belakangan pemerintah Indonesia mulai menyusun rencana untuk meningkatkan pembuatan utang luar negeri dari rencana semula sebesar Rp60 trilliun, menjadi sekitar Rp200 trilliun.
Muara yang tidak terhindarkan dari dampak langsung krisis kapitalisme Amerika itu adalah pada meningkatnya potensi pemutusan hubungan kerja di Indonesia. Hingga akhir 2008, tingkat PHK yang terjadi diperkirakan sudah mencapai sekitar 100.000 orang. Sedangkan untuk tahun 2009, menurut perkiraan sementara, tingkat PHK cenderung meningkat menjadi sekitar 500.000 hingga satu juta orang. Sektor industri yang rawan terhadap kemungkinan PHK ini, selain industri-industri yang secara langsung berkaitan komoditas primer berorientasi ekspor sebagaimana dipaparkan di atas, adalah industri tekstil, industri sepatu, dan industri kayu. Potensi PHK pada industri tekstil saja, misalnya, diperkirakan dapat mencapai kisaran 70.000 – 80.000 orang. Sedangkan potensi PHK pada industri sepatu, diperkirakan dapat sekitar 30.000 orang.
Menyimak ketiga kesimpulan tersebut, tantangan terbesar yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini sesungguhnya bukanlah soal mengantisipasi dampak krisis atau menentukan strategi penanggulangannya. Jauh lebih lebih mendasar dari itu adalah pada semakin mendesaknya kebutuhan untuk memulai serangkaian perjuangan yang saya sebut sebagai rangkaian perjuangan kemerdekaan tahap kedua. Upaya menjawab tantangan ini, selain membutuhkan konsolidasi besar-besaran di Indonesia, tentu sangat membutuhkan dukungan masyarakat internasional dalam arti seluas-luasnya. Hanya dengan memerdekakan diri bangsa Indonesia akan terbebas pelaksanaan agenda-agenda ekonomi neokolonial sebagaimana dipaksakan oleh Amerika. Dan hanya dengan cara itu pula bangsa Indonesia akan mampu mewujudkan cita-cita kemerdekaan sebagaimana dicanangkan oleh para pendiri bangsa. Semoga Allah melindungi dan memberkati perjuangan rakyat Indonesia.
okeh para pembaca cukup dulu yah...pusing mikirin nya.....Thank's ....
Assalamu'alaikum wr. wb.
Sebentar lagi akan memasuki tanggal 14 Februari. Banyak orang tahu, hari itu adalah hari Valentine, hari kasih sayang, hari yang istimewa bagi mereka yang sedang menjalin kasih.
Untuk merayakan hari Valentine umumnya ditandai dengan saling mengirim notisi-notisi cinta yang ditulis dalam sebuah kartu berbentuk hati dan gambar Cupido bersayap. Mereka juga memberi hadiah berupa permen cokelat dan bunga mawar. biasanya hadiah ini diberikan oleh laki-laki kepada kekasih wanitanya. Ucapan yang lazim untuk merayakan hari valentine adalah: "Happy Valentine's." Ucapan ini biasanya diberikan oleh laki-laki kepada wanita atau sebaliknya, dan tidak pada orang yang sejenis, kecuali kalau mereka homoseksual. Seringkali dianggap bahwa mereka yang berkencan pada pada hari valentine sedang terlibat dalam sebuah hubungan yang serius.
Secara historis, pada awalnya, perayaan valentine merupakan bentuk sebuah misa Katolik Roma untuk menghormati terhadap seorang martir (syuhada') atau santo (orang suci) bernama Valentinus. Misa valentine ditetapkan pertama kali oleh Paus Gelasius I tahun 496 M. yang pada akhirnya menjadi hari raya seperti Natal yang diperingati setiap tahun. sesungguhnya, misa ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan romantisme.
Valentinus adalah seorang uskup yang hidup pada abad ke3, pada masa pemerintahan Kaisar Claudius II. Uskup Valentinus wafat sebagai martir, dan dipercayai dimakamkan di sepanjang Via Flaminia, di luar kota Roma. Namun sosok Santo Valentinus sendiri tidak jelas, Valentinus yang mana yang diperingati, sebab ada tiga Valentinus yang disebut dalam Catholic Encyclopedia 1908, yaitu:
1. Seorang Pastur di Roma.
2. Uskup Interamna.
3. Seorang martir di Afrika.
Bahkan Paus Gelasius I mengatakan, sesungguhnya sosok Valentinus sendiri sangat gelap. Penetapan tanggal 14 Februari sebagai hari raya pun tidak berdasarkan fakta sejarah yang jelas, tetapi hanya untuk menyamai perayaan tahunan Lupercalia. Perayaan Lupercalia adalah perayaan agama Romawi Kuno untuk menghormati kepada Dewa Kesuburan atau Lupercalus yang diselenggarakan setiap tahun pada tanggal 15 Februari.
Sebagai bagian dari ritual Lupercalia, para pendeta mempersembahkan korban domba kepada dewa. Setelah minum anggur, para pendeta berlari keliling kota sembari membawa potongan kulit domba dan menyentuh siapa saja yang dijumpai. Umumnya para gadis mengajukan dirinya secara sukarela untuk disentuh, karena menurut keyakinan mereka, mereka akan memperoleh kesuburan dan akan melahirkan dengan mudah.
Hubungan antara misa valentine dengan cinta romantis bermula pada abad ke 14 ketika sastrawan Inggris bernama Goffrey Chawcer menulis syair yang berjudul "Parlement of foules". Dalam tulisan itu, Goffrey meyakini, bahwa tanggal 14 Februari adalah hari ketika burung mencari pasangan untuk kawin. Syair itu berbunyi:
· For this was on Saint Valentine's day (Bahwa inilah dikirim pada hari Santo Valentinus)
· When every bird comyth there to choose his mate (Saat semua burung datang ke sana untuk memilih pasangannya)
Pada tahun 1836 didakan penggalian di sebuah makam di Via tubercallus yang diduga sebagai makam Santo Valentinus. Kerangka yang diduga sebagai tulang-belulang Santo Valentinus kemudian di masukkan dalam peti mati dari emas. Oleh Paus Gregorius XVI peti mati tersebut kemudian dikirim ke gereja Whitefriar Street Carmelite di Dublin, Irlandia. Tempat tersebut kemudian menjadi tempat berziarah. Setiap tahun pada hari Valentine, peti mati diarak dalam sebuah prosesi khusuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi. Kemudian diadakan misa khusus bagi muda-mudi yang sedang menjalin cinta.
Misa Valentine berlangsung terus hingga akhirnya ditiadakan secara gerejawi pada tahun 1969 sebagai upaya yang lebih luas meniadakan santo dan santa yang asal-usulnya dipertanyakan dan hanya berbasis pada legenda saja. Namun masih ada paroki-paroki tertentu yang menyelenggarakan misa ini hingga sekarang.
Sekalipun tradisi Valentine secara ritual sudah ditiadakan, namun tradisi kasih-sayang terus berlanjut hingga sekarang, bahkan tradisi valentine terus berkembang di Amerika, Jepang, Cina dan di seluruh dunia.